TERUS BERNAFAS DAN
MELANGKAH
DEMI MENGGAPAI IMPIAN
Assalamu’alaikum wr. Wb. Nama saya
Mairanda, biasa dipanggil Randa atau Anda, dengan sebutan Anda mungkin agak
kelihatan sedikit aneh, bagi orang yang baru kenal mungkin mengaggap sebutan
anda adalah kamu, namun tidak bagi teman-teman dan orang-orang terdekat yang
sudah terbiasa memanggil saya dengan sebutan Anda. Ada juga sebagian teman
waktu SMA saya memanggil dengan sebutan Mai, silahkan menyebutnya sesuka hati. Ayah
saya bernama Yuhelmi dan Ibu saya bernama Sunarni. Saya anak ke 7 dari 10
bersaudara, 5 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. kebetulan saya anak
kembar. Nah, kembaran saya namanya Mairandi, dia anak ke 8, tentunya saya lebih
tua dari kembaran saya. Namun ibu kami bilang, ketika kami dilahirkan seorang
dokter berkata kepadanya bahwasanya yang lebih tua itu adalah anak yang
terakhir lahir, karena yang lebih tua posisinya berada di atas didalam rahim
ibu, sedangkan adiknya berada pada posisi bawah didalam rahim ibu. Maka ketika
yang lebih tua mau keluar terhambat oleh sang adik yang berada dibawah di dalam
rahim ibu, jadi sebelum mengeluarkan kakak, sang adik harus dikeluarkan terlebih
dahulu. Cukup rumit bukan?, seperti itulah ceritanya. Saya lahir di sebuah
kampung kecil yang bernama Kotoberapak, pada tanggal 22 Mai 1993, dan saya dibesarkan
oleh kedua orang tua saya disana, tepatnya di Kecamatan Bayang, kabupaten
Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
Saya dilahirkan dari keluarga yang
sederhana, ayah saya hanyalah seorang sopir bus, sedangkan ibu saya seorang ibu
rumah tangga. Dengan memiliki anak banyak yang waktu itu masih kecil-kecil
tentunya orang tua saya kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup kami, sampai
suatu ketika ayah pernah berhenti mengemudi bus yang biasa ia kendarai, ayah
tidak memiliki pekerjaan sama sekali. Untuk makan kami saja ibu harus menjual
beberapa buah asam baru bisa makan, kebetulan dahulu ada satu pohon batang asam
di depan rumah, dengan itulah hidup kami bergantung. Namun, alhamdulillah kami
tidak pernah kelaparan, Tuhan selalu mengalirkan rizkinya dalam bentuk yang
berbeda-beda kepada kami, karna saya yakin Tuhan tidak pernah memberi cobaan melebihi
batas kemampuan umatnya. Namun walaupun kami hidup susah tapi kami hidup
bahagia. Kedua orang tua kami mendidik kami dengan baik dan penuh kasih sayang,
dan itu sudah cukup bagi kami. Saya bangga akan pengorbanannya dan saya sayang
dengan mereka. Karena tanpa mereka kami tidak akan pernah tahu seperti apa bentuk dunia ini, tidak akan tahu seperti apa
cinta dan kasih sayang darinya, dan tidak akan pernah merasakan yang namanya
hidup.
Hobi saya bermain bulu tangkis, saya
gemar bermain bulu tangkis dikarnakan waktu saya kecil saya melihat ayah
bermain bulu tangkis rasanya sangat menyenangkan. Melihat ayah bermain saja
saya senang apalagi memainkannya. Selain itu saya senang melihat atlet nasional
bulu tangkis kita yang pernah menjuarai dan meraih beberapa mendali untuk
membela tanah air kita Indonesia dalam beberapa tahun silang, yakninya Taufik
Hidayat. Dari situlah saya mulai tertarik dengan olahraga bulu tangkis. Selain itu,
saya juga memiliki hobi menggambar, beberapa karya gambar telah saya buat.
Nanti saya akan menceritakan hobi saya yang satu ini pada pertengahan antalogi
ini dan akhir-akhir ini saya mulai menyukai membaca beberapa buku, seperti raja
bicara oleh larry king, sukses melakukan presentasi oleh renald kasali dan lain
sebagainya. Namun untuk buku teori saya tidak terlalu menyukainya.
Keluarga kami termasuk keluarga yang
lumayan ta’at beribadah, dari kecil saya sudah diajarkan ibu untuk selalu
melaksanakan sholat lima waktu. Waktu kecil setiap azan datang, ibu selalu
cerewet menyuruh saya segera melaksanakan sholat karena ibu bilang jika melalaikan
sholat berarti kita termasuk kedalam golongan orang-orang kafir, dan tempat
orang kafir adalah neraka jahanam. Ketika usia saya memasuki 5 tahun orang tua
saya memasukkan saya ke suatu pengajian atau MDA agar saya lebih memahami dan
mendalami ilmu agama. Disana saya diajarkan mengenal huruf-huruf hijaiyah dan
diajarkan membaca al-Qur’an. Untuk pemula tentu sangat sulit jika lansung
membaca Al-Qur’an, maka dari itu sebelumnya guru saya mengajar menggunakan
ikraq.
Setelah usia saya menginjak 7 tahun,
tanpa memasuki taman kanak-kanak saya lansung menduduki bangku SD pada tahun
2000, mungkin sebagian orang berfikir kenapa tidak pada umur 6 tahun? padahal
pada umumnya anak-anak disekolahkan untuk memasuki Sekolah Dasar pada usia 6
tahun. Itu dikarnakan ibu saya belum berani menyekolahkan saya lantaran ukuran
tubuh saya yang masih kecil dan saya tidak tahu apa-apa waktu itu. Saat itu
saya bersekolah di SDN No.24 Kotoberapak selama 6 tahun, Selama sekolah di sana
saya hanya pernah mendapat peringkat 3 satu kali itupun dikelas satu, dan
seterusnya sampai kelas enam hanya mendapat peringkat 7 besar dari kurang lebih
15 siswa, tentunya sangat sedikit karena sekolah kami berada di perkampungan
sederhana dengan penduduk tidak terlalu banyak. Walaupun saya orang yang biasa
saja, tidak terlalu pintar dan tidak terlalu bodoh, tapi saya memiliki keinginan
tinggi untuk sekolah.
Pengalaman saya waktu SD lantaran
ekonomi, saya membantu orang tua berjualan hingga kelas 5 SD. Berbagai macam
makanan olahan yang dibuat ibu dan sayuran. Mohon ma’af saya tidak mengetahui
bahasa Indonesia makanan olahan yang saya dagang, jadi saya menyebutnya ke
dalam bahasa minang. Makanan olahan dalam bahasa minangnya seperti “lapek pisang,
lapek sipuluik, dan lapek tapuang”, dan beberapa jenis sayuran yang pernah saya
dagang yaitunya sayur bayam, lalidi, kacang panjang dan lain sebagainya. Saya
dagang sehabis pulang sekolah bersama saudara kembar, kami mengelilingi kampung
kecil menjunjung barang dagangan mengeluarkan suara kas kami secara bergantian
dengan berjalan kaki, susah senang telah kami lalui berdua. Setiap itu pula
kami selalu mengeluh setiap ibu menyuruh kami membawakan dagangannya, kami
selalu melakukannya dengan terpaksa, kami gengsi dan kami malu sama teman -
teman untuk membawakan dagangan mengelilingi kampung, padahal hanya sebentar,
semua dagangan kami habis terjual, bahkan sehabis jualan kami selalu diberi
upah oleh ibu. Sekarang saya sadar bahwa sikap saya dahulu kepada ibu saya
salah dan saya harap jangan tiru sikap saya yang seperti itu. Saya dulu
bersikap seperti itu karena saya masih kecil dan tidak tahu bagaimana susahnya
orang tua kita menafkahi anaknya, tidak pula paham keadaan ekonomi keluarga
yang ditanggung kedua orang tua, yang saya paham hanyalah meminta uang jajan. Namun, karena saya sudah dewasa sekarang saya
mengerti dan menyesalinya. Pengalaman lainnya ketika saya kelas enam juga
karena lantaran ekonomi, ketika hari libur saya dan teman–teman diam–diam bekerja
tanpa sepengetahuan orang tua mencari batu di sungai dengan menyewa sebuah
balon karet (sejenis ban dalam traktor) untuk mengangkat batu dari hulur ke
hilir. Untuk mendapatkan ukuran batu yang dibutuhkan kami harus berjalan kaki
tanpa alas lumayan jauh kearah hulur dan melewati beberapa rintangan seperti
duri dan batu-batu tajam sambil mengankat balon karet tersebut yang cukup
berat. Tidak hanya itu, setelah sampai hulur kami membutuhkan waktu untuk
mengumpulkan batu yang diinginkan menggunakan balon karet yang telah disewakan,
dan setelah terkumpul rintangan selanjutnyapun menyusul. Ketika kami hendak
membawa batu ke hilir ada beberapa rintangan yang harus kami hadapi, yaitunya
ketika airnya dangkal lagi deras, tentu kami membutuhkan tenaga agar batu yang
telah terkumpul di atas balon karet tadi tidak terbalik oleh derasnya air, jika
terbalik maka kami harus mencarinya lagi. Rintangan lainnya merupakan nasib
mujur atau tidaknya, jika nasib buruk bisa saja terjadi kecelakaan seperti kaki
robek karena tajamnya batu-batu di derasnya air dan kecelakaan lainnya. Dan
rintangan itu harus kami lewati sampai ke tempat pengumpulan batu. Dalam sehari
saya mendapat upah sebesar Rp. 5.000 hingga Rp. 20.000, tergantung besar balon karet yang digunakan
dan berapa kali angkut. Begitulah cara saya untuk mendapatkan uang tanpa
sepengetahuan orang tua. Sampai sekarangpun saya tidak pernah cerita tentang
hal itu kepada orang tua saya, dan saya sempat berfikir, jika orang tua saya
mengetahui saya melakukan pekerjaan itu pasti orang tua saya pasti memarahi
saya. Bagaimana tidak dengan umur saya yang masih kecil lagi munyil melakukan
pekerjaan orang dewasa.
Akhirnya pada tahun 2006 saya lulus
sekolah dasar dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi pada tahun tersebut.
Saya memilih melanjutkan pendidikan ke MTsN TALAOK yang sederajat dengan SMP yang
masih berada di daerah bayang. Pada hari pertama saya masuk, saya sangat canggung
dikarenakan jumlah siswa yang lebih dari 500 orang tentunya memiliki karakter dan
tingkah laku yang beragam dan tidak semua orang disana baik. Berbagai macam
karakter orang telah saya lalui. Seperti pemerasan, pemaksaan, perokok dan lain
sebagainya, yang belum pernah saya temui disekolah saya sebelumnya. Dan hal
lain yang membuat saya canggung karena sebagian besar teman-teman SD saya lebih
memilih SMPN 1 BAYANG, dan itu membuat saya untuk mencari teman baru yang pola
fikirnya sama dengan saya. pada umumnya anak sekolahan berangkat sekolah
menggunakan motor milik orang tuanya dan sebagian lainnya menggunakan ojek.
Karena keterbatasan ekonomi selama dua
tahun, saya berangkat sekolah setiap pagi dengan menggayuh sepeda buntut
bersama beberapa teman dengan jarak rumah ke sekolah kami kurang lebih 3 km dan
membawa uang jajan dikasih ibu hanyalah 2 rb sampai 3 rb rupiah. Terkadang saya
pernah mengeluh karena uang jajan yang dikasih ibu tidak seperti teman saya
lainnya dengan uang jajan yang di kasih orang tuanya begitu besar. Terkadang
saya juga iri melihat teman-teman disekolah makan sesuka hati tanpa
mengkhawatirkan uangnya habis. Namun saya tidak seperti mereka yang
kebutuhannya mencukupi. Walaupun demikian saya tidak pernah menuntut ibu untuk
memberikan uang jajan seperti mereka, karena saya mengerti akan keadaan ekonomi
pada waktu itu. Saya juga tidak pernah bolos atau merengek karena uang jajan
yang dikasih ibu sangatlah kurang bagi saya, karena saya tahu masih banyak
orang diluar sana yang lebih serba kekurangan dari pada kami. Bahkan ada
diantara mereka yang tidak mendapatkan pendidikan sama sekali, walaupun sekolah
gratis tapi orang tua mereka tidak sanggup untuk membelikan baju seragam
beserta buku dan alat tulis untuk anaknya. Oleh karenanya saya selalu bersyukur
kepada yang Maha Kuasa karena diberi kesempatan untuk mendapatkan pendidikan
yang lebih tinggi. Semenjak sekolah disinilah sedikit demi sedikit saya mulai
mengerti akan keadaan ekonomi keluarga kami. Setelah pulang sekolah ketika
musim bercocok tanam saya membantu orang tua diladang mencabut benih. Syukur
kami memiliki 2 petak sawah kecil. Untuk menanam benih ayah dan ibu kami
mengupah beberapa orang petani karena mereka tidak memiliki keahlian bercocok
tanam. Dan jika musim kacang tanah saya juga ikut membantu kedua orang tua.
Tentunyua saya lakukan pekerjaan itu sehabis pulang sekolah atau hari libur. jika
saya bolos karena suatu pekerjaan, saya akan kena marah, karena mereka lebih
mengutamakan pendidikan baik itu di sekolah ataupun dipengajian.
Pada tahun 2009, Alhamdulillah saya
lulus dari MTsN Talaok dan mengambil jenjang yang lebih tinggi lagi. Saya
memeilih SMA Negeri 1 Bayang dengan jurusan IPS sebagai sandaran pendidikan
saya, alasan saya kenapa memilih sekolah disana karna sekolah tersebut merupakan
salah satu sekolah favorit di daerah pesisir selatan dan tempatnya juga tidak
terlalu jauh dari rumah. Setiap pagi Selama 3 semester, tepatnya pada semester
satu, dua, dan tiga, saya beserta tiga orang teman berangkat kesekolah dengan jalan kaki sekitar 2 km. Setiap paginya kami berjalan
melewati beberapa rumah penduduk setempat, sawah, dan ladang agar cepat sampai
kesekolah. Karena jika melewati jalan raya dengan jalan kaki akan lebih jauh sebab
jalannya yang mengeliling. Jadi kami memilih jalan pintas agar lebih cepat
sampai sekolah. Selama kami jalan kaki setiap pagi menuju sekolah yang kami
cintai, ada beberapa suka maupun duka yang telah kami lalui bersama. Kami
merasakan adanya rasa kebersamaan dan canda tawa selama perjalanan menuju
sekolah, dan itu merupakan suka yang memiliki kenangan tersendiri bagi masing-masing
kami. Sedangkan duka yang telah kami lalui ketika hari hujan kami kesulitan
untuk pergi sekolah, tapi karena biasanya hujan pagi itu tidak terlalu deras
maka kami paksakan untuk tetap pergi sekolah dengan jalan kaki walaupun sesampainya
di sekolah seragam kami basah, dan karena kami melewati sawahan tentu jalannya
tidak selalu mulus. Ada beberapa jalan yang becek karena hujan turun dan itu
membuat sepatu kami kotor. Walau demikian, itu tidak meurunkan semangat saya
saat disekolah, karena lebih baik belajar basah kuyup dari pada harus bolos
sekolah hanya karena hujan turun.
Seperti yang sudah saya bilang
sebelumnya, saya akan menceritakan salah satu hobi saya yaitunya menggambar dan
berkarya. Semua itu dimulai sejak kelas 4 SD sampai sekarang, dan di waktu saya
kelas lima SD, saya mewakili sekolah lomba sekecamatan, menggambar dengan tema
pemandangan, sayangnya saya gagal. Selama saya di SMA, beberapa tokoh animasi
telah saya gambar seperti Naruto, Dora Emon, Tom and Jerry, dan tokoh lain
seperti power ranger, monster, gambar lelaki tampan maupun wanita cantik.
Bahkan, beberapa gambar saya buat di dinding kamar saya dengan ukuran yang
sangat besar, kurang lebih sebesar ukuran tubuh anak SMP. Tentunya saya butuh
beberapa contoh untuk membuat tokoh tersebut, sulit jika saya tidak memiliki
contoh untuk menggambarnya. Dari beberapa hasil gambar yang telah saya ciptakan
saya mendapat pujian dari beberapa orang yang melihat hasil karya yang telah
saya buat termasuk orang tua dan orang-orang sekitar rumah yang pernah melihat
hasil karya saya ini. Setelah melihat hasil karya saya, beberapa teman saya
meminta saya untuk membuatkan gambar di dinding kamar mereka. Dia meminta saya
untuk membuat beberapa toko animasi, dan tentunya dengan senang hati tanpa
meminta imbalan ataupun yang lainnya
saya membuatkannya karena permintaannya merupakan hoby saya. Tapi saya hanya
mau melakukannya jika suasana hati saya sedang baik, yang mana dengan suasana
hati baik saya dapat berimajinasi dan menggambar dengan bagus. Tapi apabila
suasana hati saya buruk maka imajinasi sayapun menurun. Dipaksapun untuk
melukis pasti hasilnya tidak memuaskan. Jadi, saya hanya bisa menggambar bagus
jika imajinasi jika diwaktu saya benar benar ingin menggambar.
Pada tahun 2012 bulan april di kelas
tiga SMA saya melaksanakan ujian nasional (UN) tepatnya pada tanggal 16 April
2012. Saya ketakutan menghadapi ujian ini, karena ini merupakan ujian yang
menentukan masa depan saya. oleh karena itu seminggu sebelum UN dilaksanakan
saya benar-benar belajar dengan sungguh-sungguh. Saya menghabisi waktu malam
saya untuk belajar. Sempat saya menyesal dan berfikir kenapa tidak dari dulu
saya belajar seperti ini. Jika saya belajar seperti ini pasti saya tidak akan
merasakan secemas ini saat UN datang. Paling tidak mental saya lebih siap untuk
melaksanakan UN. Namun demikian siap atau tidaknya saya harus lulus UN. Karena
saya tidak ingin mengecewakan kedua orang tua saya yang telah bersusah payah
menyekolahkan saya sampai sekarang dengan ikhlas tanpa mengharapkan belas
kasihan apapun dari anaknya. Yang selalu menyayangi dan memberikan yang terbaik
untuk anaknya. Maka dari itu saya saya harus memberikan yang terbaik untuk mereka,
terutama pada ibu yang telah mengandung saya selama 9 bulan dengan
mempertaruhkan nyawanya demi keselamatan anaknya. Yang telah menyusui dan
membesarkan saya dengan penuh kasih sayang. Yang mana sampai saat ini saya
tidak akan bisa membalas semua itu. Tapi saya akan lakukan yang terbaik untuk
membalas semua jasa yang telah diberikan kepada saya dan saya anggap jasa yang
telah diberikan selama ini kepada saya merupakan hutang yang harus saya lunasi
kepadanya.
Setelah ujian nasional selesai
diselenggarakan, Pada tanggal 24 mai 2012. Yang mana pada hari itu kelulusan saya diumumkan lewat sebuah
amplop dari sekolah. sebelum saya menerima amplop tersebut saya berdo’a di
dalam hati agar diberi kelulusan dengan nilai yang sesuai kemampuan saya. Saya
merasa takut, cemas namun saya penasaran untuk membukanya, jantung saya mulai
berdebar kencang. Melihat teman-teman sekolah sudah membuka amplopnya semuanya
bergembira, tapi ada beberapa teman angkatan pula yang harus menerima kenyataan
pahit serta kekecewaan. Hal itu membuat saya semakin ketakutan. Lalu ketika
saya menerima amplop tersebut dari wakil kepala sekolah yang bernama Bapak
Syafriyal S.pd. jantung saya semakin kencang berdebar, perlahan saya membukanya
dengan membaca bismillah dan berdo’a kepada Allah sambil berharap diluluskan. Setelah
mengetahui isi amplop tersebut, alhamdulillah akhirnya semua perasaan itu lega,
utang saya kepada ibu sedikit demi sedikit berkurang karena saya lulus ujian
nasional. Saya sangat bersyukur karena Allah swt telah menjawab do’a saya. tidak
sabar saya ingin membagi kebahagiaan ini kepada orang tua saya, saya segera
pulang menemui orang tua dan member tahunya bahwasanya saya lulus, dan itu
membuat orangtua saya terharu dan memuji saya. setelahnya saya kembali
bergabung bersama teman-teman untuk merayakannya. Kami pergi ke tempat
perkumpulan semua SMA dan berfoto-foto. Kebanyakan orang disana mengecat baju
seragam mereka dengan berbagai pola hiasan. Namun saya tidak, karena kepala
sekolah melarang kami untuk mengecat baju. Jadi saya lebih memilih untuk
menyumbangkan seragam saya kepada junior saya, karena saya yakin banyak
adek-adek disekolah yang membutuhkan seragam saya. dan juga saya paham betul
bagaimana orang tua bersusah payah untuk melengkapi kebutuhan sekolah anaknya.
Saya sangat ingin sekali melanjutkan ke jenjang
yang lebih tinggi lagi, yaitunya melanjutkan ke perguruan tinggi negeri, namun
dikarnakan keadaan ekonomi keluarga saya yang kurang mendukung, saya pun
bertekat untuk berusaha menduduki bangku perguruan tinggi tanpa memberatkan
kedua orang tua saya. saya meminta dukungan kedua orang tua dan bantuan dari
kakak perempuan saya yang sudah menikah. saya mendapat kesempatan untuk
mendaftarkan diri sewaktu SMA untuk program bidikmisi yang mana saya
mendaftarkan diri di salah satu perguruan tinggi di padang dengan pilihan
jurusan pada waktu itu Akuntansi(NK) dan manajemen. Sayapun berharap semoga
saya diterima dalam program bantuan dana pendidikan ini. Namun, saya gagal.
Allah belum berkehendak saya untuk mendapatkan bidikmisi tersebut. Berbagai
cara saya lakukan agar bisa kuliah dengan biaya ringan. Saya berusaha mencari
tempat yang cocok sesuai dengan bakat saya dan impian saya. setelahnya saya
mencoba mendafarkan diri dibeberapa perguruan tinggi di padang, saya sungguh
berharap Tuhan mengizinkan saya untuk bisa menduduki bangku perkuliahan. Karena
ini merupakan kesempatan terakhir saya untuk kuliah atau tidaknya pada tahun
2012. Sebab kakak perempuan saya tidak sanggup untuk membantu kuliah saya
sepenuhnya karena tanggungannya terhadap keluarga sungguh berat. Saya terus
berdo’a dengan penuh harapan agar Tuhan mendengar dan membalas do’a saya. Namun
tetap saja Allah belum menghendaki saya untuk menduduki bangku perkuliahan.
Semua harapan saya sirna lantaran kemampuan saya yang masih rendah dibandingkan
dengan orang diluar sana. Waktu itu saya merasa sangat terpuruk akan keadaan
ini, padahal saya benar-benar ingin kuliah seperti mereka diluar sana. Terkadang
saya menangis memikirkan teman-teman yang berbahagia karena mereka bisa kuliah.
Terkadang menangis pula ketika teman menceritakan tentang kuliahnya. Sedangkan
saya hanya bisa menangis bersembunnyi di dalam kamar, setiap malam mata saya
penuh dengan linangan air mata. Setelah itu pikian saya menyeleweng entah
kemana. Sempat saya berdosa, sambil meneteskan air mata di tengah malam, saya
berkeluh kesah kepada Allah : “Ya Allah kenapa orang yang benar-benar ingin
kuliah kau tidak membantunya satu perguruan tinggi manapun, kau hanya
mengabaikannya padahal saya sudah berusaha. Sedangkan orang-orang yang hanya
kuliah karena dipaksa oleh orang tuanya kau membantunya, Tuhan, kau memang
Tuhanku yang buruk, kau tidak memiliki belas kasihan dan kau tidak bisa berlaku
adil”. Namun pas malam itu pula saya sadar dan mengucap kepada Allah sambil
meminta ampun. Saya lansung membasahi muka dengan menganmbil wudhu dan
melaksanakan sholat 5 waktu. Disanapun ketika berdo’a sambil meneteskan air
mata meminta agar diberikan jalan yang terbaik untuk saya. karena saya yakin,
kapanpun itu, Allah akan mendengarkan do’a saya.
Seiring berjalannya waktu, pada akhirnya
saya pun memutuskan untuk pergi ke bangko bersama teman saya yang bernama
Rizal, yang mana saya di suruh oleh orang tuanya untuk tinggal bersamanya.
Kebetulan orang tua teman saya hidup dan mencari nafkah di sana. Saya bekerja
bersama dengan orang tua teman saya menjual berbagai macam jualan anak-anak di
sekolah dasar. Seperti; pop ice dan berbagai macam es lainna, mie, makana
ringan dan makanan lokal anak-anak khas daerah bangko. Saya bekerja dari pagi
hinngga jam istirahat usai Dengan diberi upah sehari 15ribu rupiah. Awalnya
tujuan saya hanya pergi refreshing selama beberapa hari namun orang tuanya
menawarkan pekerjaan itu untuk saya. setiap harinya saya melayani anak-anak SD.
Tapi saya hanya bekerja disana hanya sekitar satu setengah bulan. Lalu saya
berbalik ke kampung halaman saya di bayang untuk menolong orang tua di ladang.
Pada tahun 2013, saya kembali
melanjutkan tekat saya mengejar kembali impian saya untuk menjadi seorang
mahasiswa, saya kembali mendaftarkan diri di salah satu perguruan tinggi di
padang setelah satu tahun saya menunggu. Saya kembali berusaha dan mencari
buku-buku yang diperlukan dan membacanya untuk mempersiapkan diri menjadi
seorang mahasiswa. Saya sunggur berharap agak tahun ini saya dapat diterima
sebagai mahasiswa. Namun Allah berkehendak lain, saya tidak dapat berbuat
apa-apa, saya masih gagal. Sempat saya sangat merasa putus asa karena kecewa
oleh perkataan ibu, ibu bilang pada waktu itu, “nak, tidak usahn kuliah, lulus
punibu tidak punya uang untuk bayar semester, ibu ngak sanggup menguliahkan”
Kata-kata itu membuat saya terdiam dan air mata saya pun menetes kembali. Namun
saya tetap gigih untuk bisa seperti orang diluar sana yang sibuk dengan urusan
kuliah mereka. Saya berusaha terus mencari informasi dan bertanya-tanya kepada
teman mengenai beasiswa di tiap-tiap kampus mereka. Pada akhirnya teman dekat
saya sewaktu di SMA yaitunya Fitra Mahmuda kuliah di STMIK INDONESIA Padang pada
tahun 2012 lalu mengatakan adanya berbagai macam beasiswa dikampusnya termasuk
beasiswa bidikmisi, dan saya di tawarkan untuk mendaftarkan diri di sana. Saya merasa sedikit ada kesempatan. Saya
berharap agar ini menjadi kesempatan terakhir dan keberhasilan pertama untuk di
perguruan tinggi. Lalu, sayapun mencoba untuk pergi sendiri mendaftarkan diri
di STMIK tersebut sebagai calon penerima beasiswa bidikmisi. Semua persyaratan
telah saya penuhi dan lansung melaksanakan tiga tes, yakninya tes ujian online
2 tahap, dan terakhir tes untuk diwawancara. Alhamdulillah pada tes tahap awal
nilai saya memenuhi standar. Saya merasa lega karena masih ada kesempatan saya
untuk bisa masuk perguruan tinggi negeri ini. Untuk menunggu tes tahap 2 saya
mencoba memahami beberapa soal dari pengalaman saya selama sebelumnya. Namun,
pada tes tahap 2 nilai saya sedikit di bawah standar, tapi masih ada kesempatan
untuk tes diwawancarai. Pada tes wawancara saya menjelaskan semua latar
belakang dan kekurangan keluarga saya. sayapun menceritakan perjuangan saya
untuk bisa menjadi seorang mahasiswa, saya mengatakan jujur, saya mengatakan
sesuai keadaan saya dan apa adanya.
Setelah
saya di wawancarai, sekitar 1 bulan saya menunggu hasil keputusan dari pihak
kampus, saya tidak mendapat informasi apakah saya diterima atau ditolak. Saya
cari di website kampus keterangan siswa yang lulus beasiswa bidikmisi nama saya
juga tidak tercantum disana. Saya berfikir saya tidak akan lulus dan tidak ada
kesempatan lagi untuk menduduki perguruan tinggi yang telah lama saya impikan.
Jadi, saya memutuskan untuk mengikuti kurssus di Balai Latihan Kerja Industri
Padang atau singkatnya BLKI PADANG yang berlokasikan di Banda Buek Indaruang
kota Padang. Tanpa dipungut biaya apapun, saya mengikuti pelatihan selama satu
bulan dengan jurusan Operator Komputer. Disana, saya dilatih bagaimana cara
menggunakan office dan menjadi seorang pekerja yang professional. Selama
mengikuti pelatian banyak ilmu yang sudah saya dapat mengenai tentang office
word, exel, dan acces. Saya diajarkan bagaimana cara mengetik dengan benar,
saya diajarkan bagaimana menggunakan rumus pada exel dan bagaimana membuat
database menggunakan access. Disamping itu tentu saya juga mendapat wawasan
dari teman baru saya yang sama menikuti pelatihan disana. Kami saling berbagi
ilmu dan saling bekerja sama. Stelah pelatihan saya usai, saya sangat
beruntung. Alhamdulillah akhirnya Allah mendengarkan do’a saya selama ini. Saya
diterima di STMIK INDONESIA Padang sebagai mahasiswa penerima beasiswa
bidikmisi. Sungguh saya sangat bersyukur kepada Tuhan karena mendapatkan
beasiswa tanpa membebani orang tua. Dan akhirnya impian saya untuk menjadi
seorang mahasiswa dikabulkan oleh yang maha kuasa.
Saya tidak akan mampu melakukannya
sendirian tanpa dukungan kedua orang tua saya, kakak-kakak dan teman-teman yang
selalu memberi semangat saya untuk terus berusaha. Juga terima kasih yang
sangat sekali kepada STMIK Indonesia yang saya cintai yang telah memberi saya
kesempatan untuk bisa kuliah disana, terimakasih kepada ibuk Safni selaku ketua
STMIK Indonesia padang yang berhati mulia dan bijaksana, dan kepada Bapak
Daniel selaku wakil kemahasiswaan yang telah membantu saya dulu waktu saya
mendaftarkan diri di STMIK Indonesian ini, juga kepada Bapak Rajab Selaku wakil
Akademik sekaligus Dosen pembimbing saya terima kasih bapak. Terimakasih kepada
semuanya yang telah membantu saya. Karena saya dibiayai oleh pemerintah,
tentunya saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Dan karena kegigihan
saya akhirnya membuahkan hasil, terimakasih ya Allah engkau telah mendengarkan
do’a hambamu ini.
Berkat ketekunan saya sekarang Alhamdulillah
sekarang saya sudah semester tiga, dan saya mendapat kesempatan untuk tinggal
di Asrama Karakter STMIK Indonesia yang mana ini merupakan program baru dari
kampus ini dan saya merupakan angkatan pertama dengan jumlah 10 orang yang
terbina dan didik selama 2 tahun untuk berprestasi oleh seorang yang luar
biasa, yang ilmunya jauh lebih luas dari pada kami, yankninya kakak kami M.
Habibi Adi Cipto.
Harapan saya tentunya tidak akan
terkabul tanpa ridho dari orang tua, karena sebagaimana sabda rasul “ridho
Allah bergantung pada ridho orang tua” dan orang-orang yang saya sayangi
seperti kakak saya yang sering membantu ketika saya tidak memiliki biaya hidup
selama kuliah. Kakak sayalah yang selalu ada untuk saya. serta bg habibi yang
telah menjadi seorang motivator, memotivasi kami untuk berperstasi, sahabat dan
teman-teman saya dikampus Rozi, Ifazal, Rizki, Sigit, Givano serta Dayat yang
telah member support dan membantu saya dalam akademis, berkat kalian
alhamdulillah kuliah saya lancer. Yang utama dari yang utama adalah Allah SWT,
tanpanya aku lemah, tanpanya aku sesat, tanpanya aku hanyalah orang biasa, dan
tanpanya aku tidak akan bisa menggapai impian saya selama ini. Terima kasih
untuk semua yang telah mendukung saya hingga sampai saat sekarang ini. Saya
akan terus bersyukur dan bekerja keras demi sebuak kesuksesan saya dari
sekarang dan untuk masa yang akan datang. Wassalamu’alaikum wr. Wb.
Mairanda(VCV) :)